Jangan
tanyakan pada mereka! Para kreator, pengusaha sukses, direktur perusahaan, para
penemu, bahkan presidenpun, harus mengakui bahwa tekad adalah titik akhir
manusia untuk bisa mencapai impian mereka yang dinilai kurang masuk akal oleh
manusia pada umumnya menjadi acungan jempol banyak orang.
Bagaimana
tidak? Kesuksesan seseorang bukan hanya terletak pada prosesnya, tetapi
motivasi seperti apa yang mereka tanamkan dalam nalar mereka.
Disini
kita tidak sedang mencari asal muasal kata tekad, yang menurut Wikipedia bahwa Tekad
adalah pekon di kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Lampung,
Indonesia. Atau tekad yang merupakan sejenis beras
yang terbuat dari ketela, kacang, dan jagung (ejaan lama). Tapi tekad disini
adalah motivator naluri manusia dalam mencapai usaha manusia hingga titik yang
paling maksimal. Kita tidak takkan pernah tahu seperti apa tekad itu sebelum
melakukan sesuatu pencapaian yang paling akhir.
Sebelum
sesuatu terjadi dalam persepsi anda, mari kita kembali ke awal. Para penemu
terdahulu, kreator imajinatif, para pengusaha sukses dan para pemimpin negara,
apa kunci mereka untuk bisa sampai pada tujuan akhirnya? Mari kita buka
persepsi kita bersama, seperti yang dilakukan oleh Thomas alfa Edison, bahwasanya
Thomas sekalipun tidak pernah gagal dalam menciptakan lampunya. Kenapa? Dia hanya menemukan cara yang tak
bisa membuat bola lampu menyala lewat listrik sebanyak 1448 kali dan cara
sampai kali ke 1449 kali dia menemukan
cara untuk menyalakan bola lampu dengan listrik. Seperti apa yang dipikirkannya
untuk menyalakan bola lampu lewat listrik hingga dia harus melewati kegagalan
yang beribu – ribu kali? Thomas bukanlah Einstein yang jenius sejak lahir , dia
hanyalah seorang penjual koran yang dikeluarkan oleh gurunya dari sekolah sejak
di bangku sekolah dasar. Tetapi Thomas memiliki 1093 karya besar dan merupakan
orang yang mempunyai paten penemuan terbanyak di dunia. Setidaknya ada 1300
penemuan atas nama dirinya. Mencengangkan buat kita yang hidup serba ada, lalu
yang kita lakukan setelah mendapatkan gelar hanyalah duduk nganggur di depan
televisi.
Saya
beri contoh lainnya dalam hal bernegara. Apa pendapat anda mengenai perjuangan
Mahatma Ghandi dalam merebut kebebasan India tanpa kekerasan perang, tapi malah
lewat aksi demonstrasi damai yang memakan waktu yang tidak singkat? Berapa
banyak negara yang memperjuangkan kemerdekaan dengan tanpa kekerasan atau kata
hebohnya adalah perang? Mungkin dalam pikiran anda bahwa perang adalah satu –
satunya cara mencapai kemerdekaan.
Kita
bisa berhenti membahas orang lain sekarang, bagaimana dengan kita sendiri?
Pencapaian seperti apa yang kita mau, sukses seperti apa yang kita impikan dan
hidup seperti apa yang ingin kita jalani? Itu adalah plihan kita sendiri!
Seorang pengusaha menjabarkan kunci sukses itu
dalam beberapa poin. Pertama; skill atau keahlian yang dimiliki individu itu
sendiri. Saya sangat setuju dengan artikel yang menyatakan bahwa manusia
terlahir dengan bakat atau keahlian yang sudah mereka miliki sejak lahir. Memasak,
bernyanyi, menjual atau menciptakan sesuatu, setiap individu punya keahlian
mereka masing – masing, tinggal dikembangkan saja. Kedua; modal usaha. Kita tak
dapat mengembangkan keahlian yang kita miliki tanpa ada modal usahanya, secara
logika adalah benar adanya, di setiap apa yang kita impikan, selalu ada apa
yang kita butuhkan dan kita perlukan. Ketiga; jaringan atau koneksi, dimana
ketika semua usaha kita telah dibangun dan berdiri, koneksi adalah penentu
berkembangnya sesuatu yang kita bangun itu. Kita harus memperluas jaringan dan
membangun keja sama dengan pihak – pihak lain agar apa yang kita bangun bisa
maju dan berkembang. Ingin usahanya bertahan? Kembangkan dan perluas jaringan
anda!
Seperti
itulah kiat sukses ala pengusaha. Tapi ada satu poin yang sering kita lupakan,
yaitu TEKAD atau kemampuan determinasi seseorang hingga titik paling maksimal.
Setiap usaha yang kita bangun, bukan hal yang mustahil bila kita harus berhadapan
dengan kemunduran, masalah dan kegagalan. Hal yang terpenting bukanlah pada solusi
agar bisa lolos dari masalah atau kegagalan. Memang seminimal mungkin kita
harus menghindari semua itu, tapi variabel kegagalan dari tiap usaha kita tidak
akan pernah “0,00%” atau tidak ada sama skali, karena di luar kemampuan kita
ada banyak faktor “X” yang tidak bisa diduga dan tidak bisa kita ubah. Hal
terpenting yang saya maksudkan sebenarnya bagaimana kita bangkit dari
keterpurukan setelah mengalami kegagalan, dihadapkan dengan segala masalah dan
setelah terjadi kemacetan atau kemunduran dalam usaha. Manusia yang sangat
sehat dan bersih sekalipun tetap saja bisa terkena influenza ,bila
lingkungannya sendiri atau orang – orang di sekitarnya beresiko untuk
menjangkitkan virus influenza. Tapi tubuh kita punya reaksi yang bernama
antigen – antibodi yang siap mengenal dan menyerang virus tersebut jika
terpapar kembali dengan sang virus yang dulu pernah menyerang tubuh kita.
Alhasil, kita takkan pernah terjangkit flu selagi daya tahan tubuh kuat, karena
kita punya amunisi untuk menyerang virus itu.
Dan kembali ke topik pembicaraan
kita, bahwa kita pasti akan berhadapan dengan namanya masalah atau gagal, tapi
apa reaksi kita terhadap masalah itu? Maka tekad seseoranglah yang membentengi
setiap masalah, kegagalan atau kemunduran yang kita hadapi. “Setinggi -
tingginya tupai melompat akhirnya jatuh juga, dan melompatlah dia pada tebing
berikutnya dengan lebih tinggi dari biasanya”. Semakin solid tekad kita, semakin cerah senyum
kita untuk bisa menghadapi setiap masalah. Membuat kita lebih kuat dan tegar
dalam menghadapi setiap persoalan, dan secara tidak langsung telah mendewasakan
karakter pribadi manusia itu sendiri. Yakin usaha kita tidak sia – sia, selagi
itu bernilai positif, walaupun berbeda, unik, gila atau tidak masuk diakal dari
yang biasa orang lain lakukan, perjuangkan. Kita bisa saja terlahir dengan
bakat atau keahlian yang standar, tapi tekad kita harus di tingkat paling atas
dari suatu standarisasi orang pada umumnya. Dan tekad adalah landasan dari
karakter yang pantang menyerah, mau kerja keras dan mau belajar.
“Genius is
one percent insipiration and ninety-nine percent transpiration”
Kejeniusan adalah
satu persen ilham dan sembilan puluh sembilan persen adalah kerja keras.
-Thomas alfa Edison